Jakarta, tandabaca.id
Diduga kejadian di Kalideres Jakarta Barat adalah tragedi kemanusiaan. Kalau benar 4 orang dewasa itu meninggal karena kelaparan. Untuk mencegah kasus ini terulang DPRD, Gubernur DKI Jakarta perlu buat ini.
Pengamat kebijakan publik DKI Jakarta Sugiyanto mengatakan hal tersebut di atas saat ditanya wartawan prihal kasus yang menimpa 4 orang dewasa yang ditemukan meninggal di rumahnya.
“Penjelasan dokter, yang menduga 4 orang dewasa itu meninggal karena tidak makan dan minum cukup lama sangat miris,” katanya, Minggu 13 November 2022.
SGY, panggilan karib untuk Sugiyanto bertanya mengapa kelaparan yang dialami 4 orang dewasa itu sampai tidak terdeteksi? Ironis! Kini kepekaan dan sisi kemausiaan kita diuji!
Agar kasus satu keluarga kelaparan itu, nggak terulang, terang SGY, harus dijawab dengan kebijakan. Buatlah kebijakan itu dengan terstruktur.
“Nggak usah khawatir soal anggaran untuk menjalankan program dan kebijakan yang akan dibuat itu. Bukankah APBD Jakarta puluhan, dan atau ratusan triliun?” ungkapnya.
Lantas seperti apa kebijakan itu, terang SGY, buatlah Perda atau Pergub.
“Sepertinya DPRD dan Pj Gubernur Perlu Membuat Perda dan Pergub Peduli Warga dan Lingkungan,” bebernya.
SGY mengatakan itu semua karena tempat tinggal 4 orang itu adalah disebuah komplek perumahan yang tidak bisa dibilang miskin.
Tempat tinggal korban adalah Perum Citra 1 Extension Blok AC 5 RT7 RW7 Kecamatan Kalideres, Jakarta Barat.
4 korban itu adalah satu keluarga terdiri dari ayah, ibu, anak dan paman. Mereka adalah RG 71 suami, RM 68 istri, DF 42 anak dan BG 68 paman dari DF.
Hasil Otopsi Polisi
Diperkirakan keempatnya meninggal sekitar tiga minggu sebelum ditemukan, dalam waktu yang tidak bersamaan.
Berdasarkan hasil otopsi polisi, tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan. Tidak pula ditemukan sisa-sisa makanan dalam lambung mereka.
Penyebab kematian sementara diduga karena tidak ada asupan makanan dan minuman dalam waktu cukup lama. Dengan kata lain, mereka mati karena kelaparan.
Namun, polisi masih memeriksa organ-organ lain tubuh korban seperti hati untuk mengetahui penyabab pasti kematian mereka.
Saat ditemukan, tubuh mereka dalam kondisi kering-kerontang, tanpa daging, tinggal kulit dan tulang.
Mungkinkah mereka bunuh diri dengan minum racun? Mungkinkah mereka bunuh diri dengan sengaja berdiam diri, tanpa berusaha mencari makanan di luar?
Secara insting, setiap manusia pasti akan berusaha sekuat tenaga untuk mempertahankan hidup atau survival. Sebab itu, polisi masih membuka kemungkinan lain sebagai penyebab kematian korban.
Jika kita berpatokan pada kesimpulan sementara bahwa mereka mati karena kelaparan, maka inilah tragedi kemanusiaan yang sesungguhnya.
Ibarat anak ayam mati di lumbung padi. Lebih ironis lagi, tragedi ini terjadi di Ibu Kota. Sepelemparan tombak dari Istana Merdeka, sepelemparan batu dari Balai Kota DKI Jakarta.
Bagaimana dengan mereka yang di ujung Papua, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi, Kalimantan, atau Aceh? Apakah mereka tidak akan mengalami tragedi yang sama, tetapi tidak terekspose? ***
Responses (2)