Khas  

Lelaki yang Dinanti Bidadari Surga Itu Seperti Apa?

Lelaki yang Dinantikan Bidadari

Lelaki yang Dinantikan Bidadari Surga Itu Seperti Apa, Kisahnya Diceritakan oleh Hisyam bin Yahya al-Kinani dan dinukil oleh Ahmad Zacky El Syafa dalam buku Ia Hidup Setelah Mati 100 Tahun

Bandung, tandabaca.id
Sa’id bin al-Harits adalah sosok yang dinantikan bidadari surga dan ia meninggal dalam keadaan syahid. Semasa hidupnya ia gemar mendirikan salat tajahud dan berpuasa.

Kisahnya diceritakan oleh Hisyam bin Yahya al-Kinani dan dinukil oleh Ahmad Zacky El-Syafa dalam buku Ia Hidup Setelah Mati 100 Tahun.

Dikisahkan, pada tahun 38 H, Hisyam bin Yahya al-Kinani dan rombongannya melakukan peperangan di negeri Romawi. Pemimpin mereka saat itu bernama Maslamah bin Abdul Malik. Mereka berteman dengan penduduk Bashrah.

Selama di sana, mereka saling bergiliran melayani pasukan, berjaga, mencari bekal, dan mempersiapkan makanan dalam satu tempat. Di antara rombongan mereka ada Sa’id bin al-Harits.

Selama di medan jihad, Sa’id bin al-Harits berpuasa pada siang hari dan mengerjakan salat pada malam harinya. Hisyam bin Yahya al-Kinani mengaku setiap siang maupun malam melihat Sa’id bin al-Harits bersungguh-sungguh dalam beribadah. Di luar waktu salat atau ketika sedang dalam perjalanan, ia tidak pernah berhenti berzikir dan membaca Al-Qur’an.

“Aku melihat Sa’id sangat bersabar dalam beribadah dan mengerjakan salat. Aku pun memandang remeh ibadahku dibandingkan ibadahnya. Aku takjub dengan kekuatan fisiknya dalam beribadah,” kata Hisyam bin Yahya al-Kinani.

Hisyam pun mengatakan kepada Sa’id agar menyayangi dirinya. Namun, Sa’id menjawab, “Saudaraku, hidup ini adalah napas-napas yang akan dihitung, usia yang akan habis dan hari-hari yang akan berlalu.”

Jawaban itu membuat Hisyam menangis. Ia lalu meminta Sa’id untuk istirahat di kemah dan ia yang berjaga.

Malam Ini Saja

Saat tidur tersebut, Sa’id berbicara dan tertawa dengan mata tetap terlelap. Ia mengatakan ‘Aku tidak ingin kembali.’ Kemudian, ia mengulurkan tangan kanannya seolah-olah mengambil sesuatu. Kemudian, ia menarik kembali tangannya dengan pelan sambil tertawa. Ia lalu berkata, “Malam ini saja!”

Setelah itu ia terbangun dengan tubuh gemetar. Hisyam lalu mendekap dan menenangkannya. Setelah tenang, ia mengucap tahlil, takbir, dan tahmid. Lalu, Hisyam memintanya menceritakan apa yang tengah dialaminya.

Sa’id menceritakan didatangi oleh dua orang laki-laki dengan wajah rupawan. Mereka berkata, “Bangunlah agar kami bisa memperlihatkan nikmat yang Allah sediakan untukmu.”

Sa’id lalu menceritakan, dalam tidurnya, ia melihat istana dan bidadari-bidadari yang menyambutnya. Ia berjalan-jalan dalam istana itu sampai ke sebuah kasur yang di atasnya terdapat satu bidadari yang seolah-olah ia adalah permata yang disimpan.

Bidadari itu berkata kepadanya, “Sudah cukup lama aku menantimu.”

Sa’id bertanya, “Siapa kamu?”

Bidadari menjawab, “Aku adalah istrimu yang abadi.”

Sa’id kemudian mengulurkan tangan kepadanya, namun bidadari itu menampiknya dengan lembut seraya berkata, “Hari ini belum bisa. Sebab engkau masih harus kembali ke dunia.”

Sa’id lalu berkata kepadanya, “Aku tidak ingin kembali.”

Bidadari itu menjawab, “Engkau harus kembali. Engkau masih harus tinggal di dunia selama tiga hari. Pada malam ketiga, engkau akan berbuka bersama kami. Insya Allah.”

Sa’id kemudian berkata, “Malam ini saja!” Namun bidadari itu menjawab, “Perkara ini telah ditetapkan.” Kemudian ia bangkit dari tempat duduknya dan saat itulah Sa’id terbangun dari tidurnya. Ia kemudian keluar kemah untuk mandi dan bersuci lalu memakai kain kafannya.

Pada pagi harinya, ia menyerang musuh dengan sangat hebat dalam kondisi berpuasa. Ia mencari kematian di jalan Allah. Setelah tiba waktu sore ia berbuka. Hari berikutnya ia melakukan hal yang sama. Hingga tibalah pada hari ketiga.

Selamat Berbahagia

Ketika matahari hampir terbenam, salah seorang prajurit Romawi melemparkan anak panah dan mengenai Sa’id. Ia pun tersungkur. Hisyam lalu berlari mendekatinya seraya berkata, “Selamat berbahagia! Engkau akan berbuka di istana itu pada malam hari ini. Aduhai, andai saja aku bisa ikut bersamamu.”

Mendengar itu Sa’id pun tertawa. Kemudian ia berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah menepati janji-Nya kepada kita.”

Setelah itu, pecinta salat tahajud yang gemar berpuasa ini meninggal dunia.***

 

BACA JUGA

Seni Gaok Nyaris Punah, Mumpung Masih Ada Dalangnya Yuk Gaungkan Lagi

 

Response (1)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *