Musim Penghujan, DBD Ngamuk, Jabar Sudah 27 Ribu Kasus, Penjelasannya Ini

Ilustrasi

Bandung, tandabaca.id
Kasus DBD di Jawa Barat tinggi, daerah tingkat dua yang jadi penyumbang kasus tertinggi Kota Bandung. Sementara Kabupaten Bandung ambil peran dengan jumlah korban meninggal terbanyak.

Kabid Pencegahan dan pengendalian penyakit (P2P) Dinkes Jabar, Ryan Bayusantika Ristandi menjelaskan, hingga September 2022, jumlah kasus DBD sudah mencapai 27.010 kasus.

Ryan menjelaskan, sekarang sudah masuk musim penghujan, jumlah kasusnya di 27 kota kabupaten sudah meningkat signifikan hingga 2.818 kasus. “Sebelumnya bulan Agustus hanya 24.192 kasus,” katanya Selasa 13 September 2022.

“Peringkat tertinggi berada di wilayah Kota Bandung dengan angka 4.196 kasus,” jelas Ryan, Selasa (13/9).

Disusul Kabupaten Bandung dan Kota Bekasi turut menjadi wilayah yang banyak kasus DBD dengan masing-masing kasus 2.777 dan 2.059 kasus.

Sedangkan, kasus kematian tertinggi akibat DBD terjadi di Kabupaten Bandung 37 kasus, Kota Tasikmalaya 23 kasus, dan Kabupaten Sumedang 15 kasus.

Dinkes Jabar mencatat hingga di pekan kedua bulan Agustus untuk kasus DBD di Jabar telah menyentuh di angka 24.192. Kota Bandung masih menjadi kota yang paling banyak laporan kasus DBD.

“Kota Bandung yaitu 3.936 dengan kasus kematian sebanyak 37, yang ke dua itu ada di Kabupaten Bandung dengan angka kematian 37 dari 2.277 kasus,” tuturnya.

Ia mempredisksi kasus DBD akan terus mengalami peningkatan karena saat ini telah musim penghujan.

“Kemungkinan tetap ada (penambahan jumlah kasus DBD). Terutama bila masih ada yang lalai tidak waspada terhadap adanya sarang nyamuk seperti tidak memperhatikan kebersihan situasi tempat tinggal atau tempat beraktifitas,” lanjutnya.

Dengan demikian, ia meminta masyarakat tetap waspada dan membersihkan lingkungan rumah. Terutama, genangan air di beberapa media yang ada di rumah harus segera dikuras.

“Jadi untuk langka kesiapsiagaan itu dimulai dengan gerakan satu rumah satu jumantik (Girij) dengan melibatkan segenap anggota keluarga untuk berperan sebagai juru pemantau jentik (Jumantik) di rumah masing-masing,” pungkasnya.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *