Bandung, tandabaca.id
Pelatih Kepala Timnas U16/U17 Indonesia Bima Sakti Tukiman menyampaikan duka mendalam atas. Tragedi Kanjuruhan. Terlebih, pernah menjadi bagian dari Arema FC saat masih bernama Persema.
“Sedih karena, korbannya begitu banyak. Harapannya kejadian itu tidak terulang kembali. Menjadi kejadian terakhir,” katanya.
Terlebih, saat masih menjadi pemain sepakbola, Bima Sakti pernah merasakan atmosfer sepakbola di Malang. Ya, Lelaki kelahiran Balikpapan 1976 ini pernah merumput di Persema dari taun 2005 hingga 2012.
Dijelaskan Bima, Malang adalah kota yang Indah dan nyaman untuk dijadikan tempat tinggal.
“”Saya enam tahun di Persema dan secara emosional hubungan sangat besar. Saya punya rumah di Malang karena melihat Malang kota yang nyaman dengan atmosfer sepak bola yang luar biasa. Ada Aremania dan Persema,” katanya.
Bima berharap, kejadian di Stadion Kanjuruhan, Kepanjen, Malang bisa menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak.
“Kami sebagai pelatih, pemain juga suporter ke depan bisa saling menghargai dan bisa satu stadion semuanya walaupun saling mendukung,” ujar Bima Sakti.
Lebih lanjut, Bima Sakti sepakat dengan keputusan PSSI untuk meniadakan penonton di stadion selama pertandingan Grup B Kualifikasi Piala AFC U-17 2023 digelar di Indonesia.
“Kami sepakat karena itu bentuk penghormatan kepada para korban kejadian di Stadion Kanjuruhan,” ujar Bima Sakti.
Bima menilai semua korban akibat kerusuhan di Stadion Kanjuruhan harus mendapatkan tempat yang layak dalam memori masyarakat Indonesia khususnya para pencinta sepak bola.
Oleh sebab itu, Bima tidak bisa membayangkan jika laga-laga Grup B Kualifikasi Piala Asia U-17 2023, yang berlangsung di Stadion Pakansari, menggaungkan sorak sorai kegembiraan penonton di stadion saat Indonesia tengah berduka. ***