Tjetje Hidayat Padmadinata Wafat, Dimakamkan besok di TPU Gumuruh

Tjetje Hidayat Padmadinata Wafat
Sesepuh Sunda Tjetje Hidayat menghembuskan nafas terakhirnya di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung (RSHS), Rabu 9 November 2022 pukul 16.45 WIB. (Foto Youtube)

Bandung, tandabaca.id
Tjetje Hidayat Padmadinata, sesepuh Sunda menghembuskan nafas terakhirnya di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung (RSHS), Rabu 9 November 2022 pukul 16.45 WIB. Dimakamkan besok di TPU Gumuruh

Kang Tjetje, demikian Tjetje Hidayat Padmadinata biasa disapa, meninggal di usia 89 tahun, karena sakit. Sudah menjalani perawatan selama 5 hari.

Berdasarkan keterangan dari keluarga almarhum, kesehatan Kang Tjetje telah menurun sejak tiga tahun terakhir.

Putri Tjetje, Chrysant menyebut ayahnya alami penyakit komplikasi kesehatan.

“Ya sudah sepekan almarhum menjalani perawatan intensif di dua rumah sakit. Beliau juga alami gagal ginjal,” ucapnya di rumah duka.

Sebelum dirawat di RSHS Bandung, Chrysant menyebut Tjetje sempat menjalani perawatan di RS Muhammadiyah. Sementara untuk dirawat di RSHS, katanya, sudah lima harian.

“Rencana pemakaman besok di TPU Gumuruh sekitar pukul 08.00 WIB,” katanya.

Atas hal tersebut, Wali Kota Bandung, Yana Mulyana mengaku sangat kehilangan dan turut berduka.

“Atas nama Pemerintah Kota Bandung dan pribadi, saya turut berduka. Semoga semua amal ibadahnya diterima Allah SWT,” kata Yana, Rabu 9 November 2022.

Yana mengakui, Kang Tjetje merupakan salah satu tokoh yang sering memberikan pemikiran dan masukan kepadanya.

“Semoga keluarga yang ditinggalkan tabah dan diberikan kekuatan,” tutur Yana.

Saat ini, jenazah Tjetje tengah menuju rumah duka di Jl. Sagitarius No.1.

Aktivis Mahiwal

Perlu diketahui, Tjetje Hidayat Padmadinata lahir pada 22 Juni 1933. Sejak muda ia dikenal sebagai aktivis dan politikus nasional lintas zaman, mulai dari Orde Lama, Orde baru, dan Reformasi.

Ia terus bersuara untuk meluruskan berbagai ketimpangan kekuasaan. Bahkan, karena sikap tegasnya, ia kerap dijuluki Aktivis Mahiwal (unik, aneh, lain dari yang lain).

Tjetje juga aktif menulis sejak 1960 sebagai sastrawan, kolumnis, dan jurnalis. Tulisannya umumnya terkait dengan komitmennya terhadap masalah kenegaraan dan politik, baik lokal, nasional, regional, maupun internasional.

Ia dianggap sebagai tokoh pendobrak yang mendahului zamannya. Konsekuensi dari sikapnya itu, sejak 1960 Kang Tjetje mesti merasakan pahit getirnya menjadi tahanan politik karena dituduh sebagai mahasiswa pendukung Gerakan Perdamaian Nasional (GPN).

Kalangan elite Indonesia mengenal Tjetje sebagai pengkaji ilmu politik, politisi multitalenta, sekaligus politikus yang teguh dalam memelihara integritas atas dasar moralitas dan budaya adiluhung.

Atas dasar semua itu, Tjetje pun memperoleh gelar Doktor Honoris Causa bidang politik dari Universitas Pasundan. Sampai memasuki usia senjanya, Tjetje tetap aktif walau tak memiliki jabatan apa pun.

Kepergiannya begitu meninggalkan duka mendalam bagi tanah pasundan. Semoga almarhum Tjetje mendapatkan tempat terbaik di sisi Tuhan Yang Maha Esa. ***

BACA JUGA :

Fenomena Hujan Air Terjun di Stadion Wibawa Mukti, BMKG Bilang Begini

Mau Tahu Perbaikan Rutilahu?

Film Qorin, Ada Santri Panggil Penghuni Neraka

Response (1)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *