Cianjur, tandabaca.id
Pernah dengar Situs Megalitikum Gunung Padang? Sebuah lokasi bersejarah yang cukup tersohor di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat dengan berbagai pesona uniknya.
Situs yang memiliki luas 291.800 meter persegi ini berlokasi di Kampung Gunung Padang, Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka.
Untuk menuju situs Gunung Padang dapat menempuh perjalanan selama kurang lebih 1,5 jam atau sekitar 45 km dari pusat kota Cianjur. Jika wisatawan dari arah Jakarta perjalanan dapat dilalui dengan jarak 165 km dan dari Bandung sekitar 110 km.
Perjalanan menuju ke Situs Gunung Padang dianggap curam mengingat menuju lokasi akan ditemui jalur yang naik turun, termasuk pengunjung harus menaiki ratusan anak tangga menuju puncak dari gunung yang dipenuhi oleh susunan batu itu.
Ya, Bangunan bebupa bebatuan ini disusun secara punden berundak ini memang unik, dimana jika diperhatikan dengan seksama bangunan yang memiliki lima teras utama ini tepat mengarah ke Gunung Gede Pangrango di sebelah utara situs.
Situs purbakala ini disusun menggunakan batu alam atau yang dikenal dengan nama batuan kekar kolom (coloumnar joint) dengan bentuk persegi lima memanjang.
Gunung Padang disebut-sebut sebagai situs tertua di dunia mengalahkan Piramida yang ada di Mesir.
Situs ini awalnya ditemukan pada tahun 1914 kemudian diteliti lebih lanjut dan dilakukan ekskavasi pada 2012 lalu.
Arkeolog Sekaligus Tim Terpadu Riset Mandiri Gunung Padang Ali Akbar, menjelaskan ekskavasi pada 2012 lalu dilakukan untuk membuktikan usia situs dan mencari jejak purbakala di situs tersebut.
Menurutnya ditemukan fakta jika beberapa lapisan bangunan di situs tersebut, masing-masingnya dibangun di periode atau tahun berbeda.
Termuda di lapisan yang saat ini terlihat, dibangun pada 500 masehi. Namun, di beberapa meter di dalam tanah, ditemukan juga struktur bangunan yang usianya lebih tua atau dibangun pada 500 sebelum masehi.
Bahkan pada lapisan berikutnya atau pada 4 meter di dalam tanah, ditemukan juga struktur lapisan bangunan yang setelah diteliti usianya sudah sangat tua, yakni berusia 5200 sebelum masehi.
“Jadi yang sudah ditemukan itu tiga lapisan struktur batu, dengan masa pembangunan yang berbeda. Yang paling tua itu usianya 5200 sebelum masehi, lebih tua dari piramida mesir. Dan ini berdasarkan uji labolatorium, jadi angkanya pasti tidak lagi relatif,” sebagaimana dikutip dari detikJabar, Jumat (19/8/2022).
Bahkan menurut Ali, jika dilakukan ekskavasi lebih mendalam, kemungkinan akan ditemukan lagi struktur bangunan yang usianya lebih tua. Termasuk berpotensi ditemukan juga ruangan-ruangan selayaknya bangunan piramida.
“Ini dibangun tidak dalam satu periode, jadi kemungkinan ada struktur bangunan lagi. Karena kan kalau dilihat, dari satu bangunan ditimbun kemudian dibangun lagi di atasnya. Dari penelitian juga didapati ada rongga di bawah tanah, kemungkinannya rongga itu terbentuk secara alami atau sengaja dibuat suatu ruangan oleh leluhur kita. Tapi untuk membuktikannya perlu ekskavasi lagi,” ucap dia.
Dibuat untuk Ritual Keagamaan
Arkeolog Sekaligus Tim Terpadu Riset Mandiri Gunung Padang Ali Akbar menyebutkan jika bangunan itu dibuat untuk ritual keagamaan masyarakat pada masa itu. Setiap teras ditujukan untuk ritual yang berbeda, hingga akhirnya ritual akan dipusatkan di teras paling atas.
“Untuk bangunan yang paling luar dan bisa terlihat saat ini merupakan tempat ritual keagamaan. Namun untuk bangunan yang paling tua yang berusia 5200 SM dan saat ini terkubur, kami belum tahu apakah juga untuk ritual keagamaan atau ada fungsi lain,” kata dia.
Berbagai temuan unik dari situs purbakala di Kota Tauco ini pun menjadi data tarik wisatawan, bahkan dari mancanegara.
Situs ini pun sudah berstatus Cagar Budaya Nasional dengan dikeluarkannya surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 023/M/2014.
Namun Ali berharap ada ekskavasi lebih lanjut agar misteri Gunung Padang bisa terungkap seluruhnya dan menjadi pengetahuan bagi masyarakat saat ini.
“Perlu ada ekskavasi lebih lanjut, supaya sejarahnya terungkal utuh. Karena ini akan jadi kebanggaan bagi Indonesia, kekayaan warisan leluhur,” pungkasnya.