Bandung, tandabaca.id
Presiden Srilanka Gotabaya Rajapaksa melarikan diri dari kediaman resmi pada Sabtu (9/7), beberapa saat sebelum para pengunjuk rasa menggeruduk area tersebut. Massa menyerbu kediaman sang presiden dengan penuh amarah karena negara bangkrut.
Rajapaksa disebut melarikan diri dengan dibantu para pengawal yang melepaskan tembakan ke udara demi menahan massa. “Presiden dikawal ke tempat yang lebih aman,” kata seorang sumber penting, seperti yang dikutip bbc.com (9/7). “Dia tetap menjadi presiden, dan saat ini dilindungi oleh pasukan militer,” kata sumber tadi menambahkan.
Polisi memperkirakan ratusan ribu orang berkumpul di jalanan sekitar kediaman Rajapaksa. Mereka menuntut Rajapaksa mundur karena gagal mengurus pemerintahan sehingga mengalami krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Tak lama setelah Rajapaksa pergi, massa menyerbu gerbang hingga berhasil masuk ke istana presiden. Beberapa orang melakukan siaran langsung di media sosial yang menunjukkan suasana di kompleks istana.
Ratusan orang terlihat berjalan menyusuri istana, dan beberapa di antaranya juga tampak riuh melompat ke kolam kompleks. Sebagian lain terlihat tertawa dan bersantai di kamar tidur megah gedung tersebut. Selain itu, pengunjuk rasa juga menduduki kantor Rajapaksa tidak lama setelah mereka menggeruduk istana presiden.
Kaburnya Presiden Srilanka dari simbol kekuatan negara itu tak pelak menimbulkan pertanyaan terkait keinginan Rajapaksa untuk tetap menjabat.
Salah satu pejabat level atas mengatakan saat ini mereka tidak mengetahui keberadaan Rajapaksa dan masih menunggu instruksi selanjutnya. “Kami sedang menunggu instruksi,” tutur si pejabat. “Kami masih tidak tahu di mana dia, tapi kami tahu dia aman bersama Angkatan Laut Srilanka,” katanya lagi.
Peristiwa itu menyebabkan tiga orang dirawat di rumah sakit akibat tertembak. Sedangkan 36 orang lainnya juga dilarikan ke rumah sakit wilayah Kolombo usai menderita kesulitan bernapas akibat rentetan tembakan gas air mata di dekat kediaman presiden.Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe, yang akan menjadi presiden jika Rajapaksa mundur, mengadakan rapat kabinet mendesak untuk membahas resolusi cepat terhadap krisis politik yang terjadi.
Ketidakpuasan publik terhadap pemerintahan Sri Lanka mencuat beberapa pekan terakhir, dipicu kondisi negara yang bangkrut. Situasi itu berimbas kepada sejumlah sekolah ditutup hingga penjatahan bensin dan diesel hanya untuk layanan penting.