PR Pemkot Bandung, Regenerasi di Sentra Produksi Sepatu Cibaduyut Nggak Jalan

Tugu Sepatu Cibaduyut
Baru-baru ini media sosial diramaikan oleh unggahan video pengangkutan Tugu Sepatu di Jalan Cibaduyut Raya, Bojongloa Kidul, Bandung. Video tersebut diunggah oleh akun Instagram infoticibaduyut pada Rabu (7/9/2022).

Bandung, tandabaca.id
Pemkot Bandung bisa dibilang nggak serius tumbuh kembangkan sentra produksi sepatu Cibaduyut, sebab regenerasinya nggak jalan. Pekerjanya kebanyakan generasi tua. Padahal peran aktif generasi muda sangat dinantikan di era sosial media seperti sekarang ini.

Kawasan Cibaduyut Kota Bandung, sudah sejak lama dikenal sebagai sentra produksi sepadu. Industrinya sudah dimulai sejak era kolonial Belanda.

Pandemi Covid-19 membuat produksi sepatu di kawasan itu menyusut. Bahkan beberapa di antaranya bangkrut. Saat ini perlahan tapi pasti, produksi sepatu kembali menggeliat. Ada yang produksinya sudah normal kembali, ada juga yang produksinya meningkat tajam.

Namun, masalah lain munul, perajin yang ada di kawasan itu, mayoritas berusia senja. Kondisi ini, tentu menjadi tanggungjawab pemerintah kota Bandung. Agar muncul regenerasi baru di industri sepatu ini.

Kepala Seksi Ekonomi dan Pembangunan (Ekbang) Kelurahan Cibaduyut Ina Herlina tak menampik adanya badai penyusutan perajin. Saat ini, di Kelurahan Cibaduyut tersisa 170 perajin.

Namun, Ina memastikan produksi sepatu tak hanya berada di kelurahannya. Tiga kelurahan lain yang ada di Kecamatan Bojongloa Kidul juga menjadi sentra produksi sepatu.

“Mereka itu bisa menakar penghasilan sebagai perajin sepatu. Kan produksi ini biasanya dari pesanan. Jadi, memang regenerasi jadi sulit. Anak-anak perajin ada yang kerja lain, nggak meneruskan orang tuanya,” kata Ina sebagaimana dikuti tandabaca.id dari detikjabar, Senin 19 September 2022.

Cibaduyut memang tersohor sebagai kawasan produksi sepatu. Ironinya, tak banyak perajin di Cibaduyut yang memiliki brand sendiri. Tak sedikit perajin yang memproduksi untuk perusahaan besar. Keuntungan yang didapat pun berbeda.

Ina mengaku tengah berupaya untuk memotivasi perajin agar bisa membuat produk sendiri. Kondisi demikian bisa menjadi faktor anak-anak muda di Cibaduyut untuk mau melanjutkan produksi sepatu. Hasil kajian Ina, pemasaran menjadi faktor penting.

“Ya mereka merasa sulit memasarkannya. Makanya, kemarin kita kerja sama untuk pelatihan pemasaran, membuat konten, edit foto dan lainnya. Berharap mereka bisa punya brand,” katanya.

Kelurahan Cibaduyut bekerja sama dengan salah satu universitas dan perusahaan e-commerce. Sejumlah perajin dilibatkan. Mereka diharapkan bisa bertransformasi ke digital.

“Waktu pandemi itu, perajin yang sudah online bisa tetap produksi. Ada beberapa yang tidak produksi sama sekali sekitar tiga sampai lima bulan. Yang tidak produksi ini karena hanya mengandalkan online,” ucapnya.

Pemanfaatan digital menjadi misi utama. Namun, kendalanya adalah para perajin sudah berusia senja. Adaptasi pun terbilang sulit. “Makanya kemarin yang kita latih itu termasuk yang anak-anak mudanya,” tutur Ina.

Ina menjelaskan saat ini produksi sepatu di Cibaduyut mulai bangkit kembali. Sebelum pandemi, produksi sepatu rata-rata bisa 100 hingga 150 per minggu, ada juga yang per hari.

“Kalau yang online, ada peningkatan. Ada yang tambah karyawan, dan produksi ada yang meningkat 80 persenan juga,” ucapnya. ***

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *